Pages

Ads 468x60px

Labels

Rabu, 02 Mei 2012

Perjuangan Seorang Tukang Es Dawet


Ini mungkin akan menjadi pelajaran bagi kita. Sebuah pelajaran berharga dari kaum tak punya dan sebuah sindiran bagi kaum mampu.

Di tengah terik matahari yang menyengat, aku berjalan mencari pelanggan. Kususuri tempat demi tempat untuk sekedar menjual dawet dengan ditemani sahabatku gerobak tua. Panas menyengat namun aku tak boleh menyerah demi keluarga yang menunggu di rumah. Demi melunasi hutangku pada tetanggaku dan demi menyekolahkan anakku. Kemarin aku dapat hasil yang cukup untuk makan tapi belum cukup untuk keperluan yang lain. Semoga hari ini aku akan mendapat rejeki yang lebih dari kemarin........

Aku mendorong gerobak tuaku namun ada yang aneh. Biasanya gerobakku bisa aku dorong dengan ringan namun kali ini terasa berat. 

Ya Allah.........  cobaan apa lagi yang kau berikan padaku ini. Gerobak tuaku bannya bocor, tentu saja ini akan menghambatku menjual dawetku. Aku dorong lagi gerobak tuaku, mencari dokter untuk gerobak tuaku. Cukup jauh letak bengkelnya menyebabkan tenagaku habis terkuras mendorong beratnya gerobak. Kutemukan sebuah bengkel kecil tambal ban sekaligus bisa untuk melayani servis motor.

Kemudian aku meminta penghuni bengkel itu untuk menambal ban gerobak tuaku.

Lama sekali aku menunggu dia menyelesaikan tugasnya. Di tengah-tengah gerobakku diperbaiki ada yang beli dawetku satu orang yang juga sedang menambal ban dan satu orang lagi yang sengaja datang mengunjungiku dengan motor kerennya. Alhamdulillah ............  ada juga yang beli dawetku.

 Akhirnya ban roda gerobakku selesai namun ketika sudah dipasang bannya bocor lagi. Kata si pembengkel bannya sepertinya sudah tua dan tak dapat diperbaiki lagi karena sudah mengkarat. Ini benar-benar membuatku tambah pusing. aku kemudian meminta ban baru ke pembengkel namun dia tak memilikinya. Model ban ku memang sudah tua kebanyakan bengkel manapun tak memiliki ban model seperti gerobakku.

Aku bayar pembengkel itu atas ongkos kerjanya namun dia menolak. Sepertinya dia kasihan padaku melihat tampangku yang kusut, lecek dan tak berdaya ini. Sebenarnya aku juga merasa tidak enak dia sudah kerja tapi tak mendapat upah. Tapi dia ketika ku bayar malah menolaknya.   
Ini menjadi pelajaran buatku juga, di tengah-tengah hidup yang serba sudah ini pembengkel itu masih punya hati nurani dalam menolong padahal aku melihat dia sepertinya juga sama dengan ku ,, orang susah mencari uang sedangkan kebutuhan banyak.

Dengan semangat aku mendorong gerobakku lagi dengan keadaan ban bocor. Mungkin ini takdir yang harus aku tempuh. Menjadi seorang penjual es dawet adalah tugasku tapi aku yakin dikehidupan yang berikutnya aku pasti akan lebih dari sekedar penjual es dawet.

0 komentar:

Posting Komentar