Ini mungkin akan menjadi pelajaran bagi kita. Sebuah pelajaran
berharga dari kaum tak punya dan sebuah sindiran bagi kaum mampu.
Di tengah terik matahari yang menyengat, aku berjalan
mencari pelanggan. Kususuri tempat demi tempat untuk sekedar menjual dawet
dengan ditemani sahabatku gerobak tua. Panas menyengat namun aku tak boleh
menyerah demi keluarga yang menunggu di rumah. Demi melunasi hutangku pada
tetanggaku dan demi menyekolahkan anakku. Kemarin aku dapat hasil yang cukup
untuk makan tapi belum cukup untuk keperluan yang lain. Semoga hari ini aku
akan mendapat rejeki yang lebih dari kemarin........
Aku mendorong gerobak tuaku namun ada yang aneh. Biasanya
gerobakku bisa aku dorong dengan ringan namun kali ini terasa berat.
Ya Allah......... cobaan
apa lagi yang kau berikan padaku ini. Gerobak tuaku bannya bocor, tentu saja
ini akan menghambatku menjual dawetku. Aku dorong lagi gerobak tuaku, mencari
dokter untuk gerobak tuaku. Cukup jauh letak bengkelnya menyebabkan tenagaku
habis terkuras mendorong beratnya gerobak. Kutemukan sebuah bengkel kecil
tambal ban sekaligus bisa untuk melayani servis motor.
Kemudian aku meminta penghuni bengkel itu untuk menambal ban gerobak tuaku.
Kemudian aku meminta penghuni bengkel itu untuk menambal ban gerobak tuaku.
Lama sekali aku menunggu dia menyelesaikan tugasnya. Di tengah-tengah
gerobakku diperbaiki ada yang beli dawetku satu orang yang juga sedang menambal
ban dan satu orang lagi yang sengaja datang mengunjungiku dengan motor
kerennya. Alhamdulillah ............ ada
juga yang beli dawetku.
Akhirnya ban roda
gerobakku selesai namun ketika sudah dipasang bannya bocor lagi. Kata si
pembengkel bannya sepertinya sudah tua dan tak dapat diperbaiki lagi karena
sudah mengkarat. Ini benar-benar membuatku tambah pusing. aku kemudian meminta
ban baru ke pembengkel namun dia tak memilikinya. Model ban ku memang sudah tua
kebanyakan bengkel manapun tak memiliki ban model seperti gerobakku.
Aku bayar pembengkel itu atas ongkos kerjanya namun dia
menolak. Sepertinya dia kasihan padaku melihat tampangku yang kusut, lecek dan
tak berdaya ini. Sebenarnya aku juga merasa tidak enak dia sudah kerja tapi tak
mendapat upah. Tapi dia ketika ku bayar malah menolaknya.
Ini menjadi pelajaran buatku juga, di tengah-tengah hidup
yang serba sudah ini pembengkel itu masih punya hati nurani dalam menolong
padahal aku melihat dia sepertinya juga sama dengan ku ,, orang susah mencari
uang sedangkan kebutuhan banyak.
Dengan semangat aku mendorong gerobakku lagi dengan keadaan
ban bocor. Mungkin ini takdir yang harus aku tempuh. Menjadi seorang penjual es
dawet adalah tugasku tapi aku yakin dikehidupan yang berikutnya aku pasti akan
lebih dari sekedar penjual es dawet.
0 komentar:
Posting Komentar